Kebijakan Folu Net Sink Berpotensi Jadi Boomerang dalam Krisis Iklim
Greenpeace Indonesia menilai kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mencapai Forest and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 berpotensi menciptakan boomerang dalam menghadapi krisis iklim di Indonesia.
Sapta mengatakan boomerang tersebut bisa terjadi karena dalam program Folu Net Sink tersebut ternyata dapat menciptakan lahan gambut yang menyebabkan adanya Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).
“Artinya ini menyelesaikan masalah dengan masalah. Jadi menurut saya Folu Net Sink itu hanya solusi palsu,” ujar Sapta dalam acara Greenpeace bertajuk Basa-Basi Komitmen Iklim Pemerintah Lewat Folu Net Sink 2030, di Jakarta, Jumat (8/12).
Menurut dia pemerintah perlu mengkaji ulang program Folu Net Sink tersebut. Jika program tersebut terus dijalankan, maka jumlah Karhutla di Indonesia akan terus bertambah.
“Jadi kalau kita menanam hutan baru itu sebenarnya malah akan menyerap emisi lebih banyak lagi,” kata dia.
Selain itu, Sapta meminta pemerintah untuk melakukan sejumlah upaya lainnya agar kerusakan iklim dan lingkungan di Indonesia bisa berkurang. Salah satunya memberhentikan pemberian izin konsesi terutama di hutan alam dan di lahan gambut.
Dia melihat pemerintah hingga saat ini belum melakukan upaya besar untuk menyelamatkan hutan alam di tanah air yang masih tersisa, “Maka dari itu sekitar 30 juta hektar hutan alam kita yang masih berpotensi untuk terdeforestasi,” ujarnya.
Sebagai informasi, Folu Net Sink 2030 adalah sebuah kondisi yang ingin dicapai melalui aksi mitigasi penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan lahan. Pada kondisi tersebut, tingkat serapan sudah lebih tinggi dari tingkat emisi pada 2030.